Kamis, 08 Maret 2018

Penuntun Praktikum Eksperimen fisika lanjut



EF II – 1
EFEK HALL PADA SEMIKONDUKTOR P-GERMANIUM
I. TUJUAN
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah:
1.      Untuk mengukur tegangan Hall pada temperatur ruang dan medan magnet konstan sebagai fungsi dari arus kontrol dan membuat plot pada sebuah grafik (pengukuran tanpa kompensasi untuk tegangan cacat).
2.       Untuk mengukur tegangan yang melintasi sampel pada temperatur ruang dan arus kontrol konstan sebagai fungsi induksi magnet B.
3.      Untuk mengukur tegangan yang melintasi sampel pada arus control konstan sebagai fungsi temperatur. Jarak pita germanium dihitung dari pengukuran-pengukuran.
4.      Untuk mengukur tegang Hall UH sebagai fungsi induksi magnet B, pada temperatur ruang. Arah pembawa muatan dan konstanta Hall RH bersamasama dengan mobilitas Hall μH dan konsentrasi pembawa muatan p dihitung dari pengukuran-pengukuran.
5.      Untuk mengukur tegangan Hall UH s ebagai fungsi temperatur pada induksi magnet B konstan dan nilai-nilai yang diperoleh diplot pada sebuah grafik

II. DASAR TEORI
Efek Hall adalah peristiwa membeloknya arus listrik dalam pelat konduktor karena adanya pengaruh medan magnet. Peristiwa ini pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Dr. Edwin Hall pada tahun 1879. Jika arus I mengalir melalui kepingan konduksi persegi panjang dan jika kepingan dilintasi oleh medan magnet pada sudut kanan arah arus, maka tegangan yang dihasilkan di antara dua titik superposisi pada sisi yang berlawanan dengan kepingan – disebut juga dengan tegangan Hall. Fenomena ini timbul dari gaya Lorentz: pembawa muatan yang memberikan kenaikan arus yang mengalir melalui sampel dibelokkan oleh medan magnet B sebagai fungsi arah dan kecepatannya v:
                                
(F = gaya yang bekerja pada pembawa muatan, e = muatan elementer). Karena pembawa muatan negatif dan positif di dalam semikonduktor bergerak berlawanan arah, maka mereka dibelokkan pada arah yang sama. Pada daerah konduktivitas intrinsik, kita mempunyai
                                             
di mana σ = konduktivitas, Eg = energi bandgap, k = konstanta Boltzmann, T = temperatur absolut. Jika logaritma konduktivitas diplot terhadap T-1, sebuah garis lurus diperoleh
dengan kemiringan :
di mana Eg dapat ditentukan.
Dari nilai-nilai terukur yang digunakan pada Gambar 5, kemiringan pada garis regresi dari
ln σ = ln σ0 + Eg/2k . T-1
adalah
b = - Eg/2k = - 4,18 . 103 K
dengan standar deviasi sb = } 0,07 . 103 K.
(karena pengukuran-pengukurannya dibuat dengan arus yang konstan, maka kita dapat mengatakan σ ≈ U-1, di mana U adalah tegangan yang melewati sampel). Karena
 k = 8,625 . 10-5 eV/K
maka kita peroleh
                                                            Eg = b . 2k = (0,72 } 0,03) eV.
Dengan arah arus kontrol dan medan magnet yang ditunjukkan pada Gambar 2, pembawa muatan yang memberikan kenaikan arus pada sampel dibelokkan maju di tepi depan sampel. Oleh karena itu, jika (dalam sebuah probe ndoped) elektron-elektron adalah pembawa muatan utama, maka tepi depan sampel akan menjadi negatif dan dengan konduksi hole pada sampel p-doped, menjadi positif. Konduktivitas σ0, mobilitas pembawa muatan μH, dan konsentrasi pembawa muatan p dihubungkan melalui konstanta
                                                  
Gambar 6 menunjukkan sebuah hubungan yang linear antara tegangan Hall
dan medan B. Dengan nila-nilai yang digunakan pada Gambar 6,

UH = U0 + b . B
Mempunyai kemiringan b = 0,125 VT-1 , dengan standar deviasi sb = } 0,003 VT-1. Berdasarkan pada persamaan:
                                           
ketebalan sampel d = 1 . 10-3 m dan I = 0,030 A, konstanta Hall RH ini menjadi RH = 4,17 . 10-3 m3/As dengan standar deviasi sRH = 0,08 . 10-3 m3/As. Konduktivitas pada temperatur ruang dihitung dari panjang sampel l, sampel pada bagian A dan hambatan sampel R0 sebagai berikut:
Dengan nilai-nilai yang terukur  l = 0,02 m, R0 = 35,0 Ω, A = 1 . 10-5 m2
Kita peroleh                                        σ0 = 57,14 Ω-1 m-1.

Sekarang mobilitas Hall pada pembawa muatan dapat ditentukan dari
μH = RH . σ0
Dengan menggunakan pengukuran-pengukuran yang diberikan di atas, kita peroleh:
 Konsntrasi hole p pada sampel p-doped dihitung dari

Dengan menggunakan nilai muatan elementari e = 1,602 . 10-19 As,
kita peroleh p = 14,9 . 1020 m-3.
METODE PERCOBAAN

A.   Alat dan Bahan

Modul efek Hall, 11801.00 1
Papan semikonduktor, p-Ge, efek Hall 11805.01 1
Kumparan, 600 lilitan 06514.01 1
Inti besi, berbentuk-U, berlapis-lapis 06501.00 1
Potongan elektroda, bidang, 30x30x48 mm, 2 06489.00 1
Probe Hall, 13610.02 1
Power supply 0-12 V DC/6 V, 12 V AC 13505.93 1
Pangkalan kaki tiga-PASS- 02002.55 1
Batang pendukung -PASS-,segi empat,l=250mm 02025.55 1
Penjepit sudut kanan -PASS- 02040.55 1
Kabel penghubung, l = 500 mm, merah 07361.01 3
Kabel penghubung, l = 500 mm, biru 07361.04 2
Kabel penghubung, l = 750 mm, hitam 07362.05 2
Teslameter, digital 13610.93 1
Multimeter digital 7134.00 1
B.   Langkah Percobaan

1.      Aturlah alat-alat percobaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Potongan uji pada papan harus diletakkan ke dalam modul efek Hall melalui petunjuk alur. Modul secara langsung dihubungkan dengan keluaran unit power supply 12 V~ di atas masukan AC pada samping belakang modul
2.      Masukkan pelat ke magnet dengan sangat hati-hati, sehingga tidak sampai terjadi kerusakan kristal dalam partikel, hindari pelat melengkung.
3.      Ukurlah tegangan Hall dan tegangan yang melintasi sampel dengan sebuah multimeter. Oleh karena itu, gunakan stopkontak-stopkontak pada sisi depan modul. Arus dan temperatur dapat dibaca dengan mudah pada display yang terintegrasi dengan modul.
4.      Ukur medan magnet harus dengan teslameter melalui probe Hall, yang mana dapat dimasukkan secara langsung ke dalam lubang alur pada modul seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 sehingga anda dapat meyakinkan bahwa fluks magnet dapat diukur secara langsung pada sampel Germanium.
Langkah pengambilan data:
1. Atur medan magnet ke nilai 250 mT dengan mengubah tegangan dan arus pada power supply. Hubungkan multimeter ke stopkontak tegangan Hall (UH) pada sisi depan modul. Atur display pada modul ke “ mode-arus”. Tentukan tegangan Hall sebagai fungsi arus dari -30 mA sampai 30 mA pada step hampir 5 Am. Anda akan memperoleh tipe pengukuran seperti pada Gambar 3.
2. Atur arus kontrol ke 30 mA. Hubungkan multimeter ke stopkontak tegangan sampel pada sisi depan modul. Tentukan tegangan sampel sebagai fungsi induksi magnet B positif sampai 300 mT. Anda akan memperoleh tipe grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 2: Efek Hall pada sampel berbentuk persegi panjang. Tanda polaritas tegangan Hall yang diberikan ditunjukkan ketika pembawa terisi muatan negatif.
Gambar 3: Tegangan Hall sebagai fungsi arus.
3. Yakinkan bahwa display bekerja pada mode temperatur selama pengukuran. Pada saat memulai, atur arus ke nilai 30 mA. Medan magnet akan mati. Arus tetap mendekati konstan selama pengukuran, tetapi tegangan berubah berdasarkan perubahan temperatur. Sekarang, atur display pada mode temperatur. Mulailah pengukuran dengan mengaktifkan kumparan panas dengan menekan tombol “on/off” pada sisi belakang modul. Tentukan perubahan tegangan yang bergantung pada perubahan temperatur untuk rentang mulai temperatur ruang sampai temperatur
maksimu 170°C. Anda akan memperoleh sebuah tipe kurva seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.


                                

                                        
Gambar 5: Resiprok tegangan sampel yang diplot sebagai fungsi resiprok temperatur absolut. (Karena I konstan selama pengukuran, maka U-1 ≈ σ dan oleh karenanya grafik menjadi ekuivalen dengan plot konduktivitas terhadap resiprok temperatur.
4. Atur arus ke nilai 30 mA. Hubungkan multimeter ke stopkontak tegangan Hall (UH) pada sisi depan modul. Tentukan tegangan Hall sebagai fungsi induksi magnet. Mulailah dengan -300 mT dengan cara mengubah polaritas arus kumparan dan meningkatkan induksi magnet pada step sekitar 20 mT. Pada titik nol, anda harus mengubah polaritas. Sebuah tipe pengukuran ditunjukkan pada Gambar 6.
5. Atur arus ke nilai 30 mA dan induksi magnet ke nilai 300 mT. Tentukan tegangan Hall sebagai fungsi temperatur. Atur display pada mode temperatur. Mulailah pengukuran dengan mengaktifkan kumparan panas dengan menekan tombol “on/off” pada sisi belakang modul. Anda akan memperoleh sebuah kurva seperti Gambar 7.



























EF II - 2
MEDAN LISTRIK DAN POTENSIAL PADA PELAT KAPASITOR
I. TUJUAN
1. Untuk mengamati hubungan antara tegangan dan kuat medan listrik, dengan jarak antar pelatnya konstan.
2. Untuk mengamati hubungan antara kuat medan listrik dan jarak antar plat, dengan tegangan konstan.
3. Untuk mengukur potensial di dalam plat kapasitor, dengan sebuah probe sebagai fungsi posisi

II. DASAR TEORI
Persamaan di atas adalah persamaan Maxwell untuk medan listrik E pada pelat kapasitor. Untuk kasus keadaan mantap (steady-state) dalam muatan kosong jarak antara pelat-pelat,
Jika salah satu pelat ditempatkan pada bidang y-z dan pelat yang lain sejajar dengan bidang itu pada jarak d, dan jika batas gangguan karena luasan yang terbatas pada pelat-pelat diabaikan, maka persamaan (2) berikut menyatakan bahwa E terletak pada arah x dan seragam. Oleh karena medan tidak berotasi (rot E =0), maka dapat direpresentasikan sebagai gradien medan skalar φ:
Sedangkan E, karena dia seragam, maka bisa juga direpresentasikan sebagai hasil bagi dari diferensial
Dimana diferensial potensial sama dengan tegangan U yang diberikan dan d adalah jarak antar plat-plat.
Langkah percobaan

1. Pengaturan percobaan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.
2. Pertama kali medan listrik meter (electric field meter) harus dinolkan dengan tegangn 0 V. Kemudian ukurlah medan listrik dengan tegangan bervariasi pada beberapa jarak antar pelat (} 10 cm).
3. Ukurlah kuat medan listrik sebagai fungsi jarak antara dua pelat kapasitor, pada rentang kira-kira 2 - 12 cm, dengan pengaturan tak berubah, tetapi dengan tegangan konstan sebesar 200V.
4. Pengaturan percobaan seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Antara platplat memiliki jarak 10 cm; tegangan yang diberikan adalah 250 V.
5. Ukurlah potensial di antara plat-plat dengan probe pengukur potensial. Untuk menghindari interferensi dari permukaan muatan, udara pada ujung probe diionisasi, menggunakan sebuah nyala api sepanjang 3-5 mm. Probe sebaiknya selalu diletakkan sejajar dengan plat-plat kapasitor.

















EF II - 3
KETERGANTUNGAN RESISTOR DAN DIODA
TERHADAP TEMPERATUR

1.    TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mengukur resistansi pada komponen listrik yang berbeda yang bergantung pada temperatur.
2. Mengukur tegangan konduksi pada dioda semikonduktor yang bergantung pada temperatur.
3. Mengukur tegangan dalam efek zener dan avalans yang bergantung pada temperatur.

II. DASAR TEORI
Pada rentang temperatur terbatas, perubahan resistensi pada komponen listrik dapat diasumsikan menjadi linear. Dalam hal ini, rumus umum untuk ketergantungan resistansi terhadap temperatur adalah valid.
R(T) = R30 + R10 α (T – 20°C)
Dimana
R(T) = resistansi pada temperatur T
R20 = resistansi pada temperatur 20˚C
α = koefisien temperatur
T = temperatur pada waktu pengukuran
Dengan menyusun kembali dan mensubstitusi nilai-nilai yang terukur koefisien temperatur dapat ditentukan dengan menggunakan rumus.
1. Pada kawat tembaga bagian elektron bebas dalam uap elektron, yang mana berkontribusi untuk transportasi muatan, menjadi lebih pendek dengan meningkatnya temperatur. Perubahan resistansi dapat terlihat secara jelas: resistansi meningkat. Hasilnya adalah koefisien temperatur bernilai positif.
αCu = 5.3 . 10-3/K
Resistansi kawat CuNi mendekati konstan diatas range yang terukur.
Hal ini sesuai dengan aturan Mathies, yang mana menyatakan bahwa Rtot =R20 + R(T). Perubahan resistansi terhadap temperatur sangat kecil pada range temperatur yang terukur. Akibatnya, resistansi mutlak (R20) adalah dominan. Eksperimen ini memberikan koefisien temperatur bernilai negatif yaitu
αCuNi = -1.4 . 10-4/K
Pada resistor lapisan karbon, resistansi mutlak sangat tinggi pada awalnya. Perubahan terhadap temperatur, seperti halnya dengan CuNi, kecil dan secara praktis tidak berpengaruh. Hasil koefisien temperaturnya negatif
αC = -2.3 . 10-3/K
Resistor lapisan logam juga memiliki resistansi mutlak yang relatif tinggi pada temtemperatur 20˚C. Dan perubahan pada range temperatur yang terukur lebih rendah daripada karbon. Oleh karena itu, koefisien temperaturnya mendekati nol. αmetal = → 0 Dua resistor NTC dan PTC mengandung alloy.
 Berdasarkan pada komposisinya, perubahan resistansinya besar dapat terealisasikan pada range temperatur yang kecil. Kurva yang tercatat pada eksperimen ini tidak bisa lagi dianggap linear. Mereka hanya berfungsi untuk menggambarkan perilaku resistor NTC dan PTC. Nilai-nilai literatur:
αCu = 4.3 . 10-3/K
αCuNi = -3.0 . 10-3/K
αC = -2.4 . 10-4/K
αmetal = } 0....50 . 10-6/K
αNTC = -6.15% /K
αPTC = 20% /K
Nilai untuk PTC ini berlaku di wilayah curam dari garis karakteristik.
2. Pada semikonduktor jumlah pembawa muatan dan densitas pembawa muatan meningkat dengan meningkatnya temperatur (penghasil pembawa muatan, bentuk pasangan elektron-hole). Dari hukum
σ = e . n . μ
Dimana
σ = konduktivitas intrinsik
e = muatan elementer
n = densitas pembawa muatan
μ = mobilitas
Kita dapat melihat konduktivitas intrinsik dari semikonduktor demikian meningkat. mobilitas memang menurun dengan meningkatnya temperatur, tetapi peningkatan densitas pembawa muatan mengkompensasi efek ini. Penurunan yang pasti pada resistansi dapat teramati, hal ini memungkinkan kita untuk menyimpulkan bahwa ada koefisien temperature yang negatif. Melalui perhitungan dengan rumus tersebut di atas untuk ketergantungan temperatur, disusun kembali untuk tegangan Up, berikut ini nilai-nilai yang diperoleh.
αSi = -3.4 . 10-3/K
αGe = -4.6 . 10-3/K
3. Pada tegangan rendah, sekitar 3 V, gangguan Zener terjadi pada dioda Z. Sebagai hasil dari medan listrik yang kuat, pasangan elektron-hole secara spontan dihasilakan dalam shell elektron inner pada zona lapisan penghalang. Di bawah pengaruh medan pembawa muatan, mereka menyeberangi lapisan penghalang. Temperatur yang tinggi meningkatkan energi pada ikatan pembawa muatan. Akibatnya, efek Zener dapat terjadi pada tegangan yang lebih rendah. Pada efek avalanche (longsoran), pembawa muatan dipercepat oleh medan listrik hingga ke tingkat yang besar dimana mereka pada akhirnya melepaskan pembawa muatan yang lain bertabrakan dengan atom-atom yang lain, yang pada akhirnya akan dipercepat. Semakin tinggi temperatur maka akan semakin pendek jalur bebasnya, sehingga tegangan menjadi meningkat dengan kenaikan temperatur untuk terus melepaskan pembawa muatan. Dari perhitungan, diperoleh hasil nilai-nilai sebagai berikut:
αZPD2.7 = -7.3 . 10-4/K
αZPD2.8 = -4.6 . 10-3/K
Nilai-nilai literatur:
αZPD2.7 = -9....-4 . 10-4/K
αZPD6.8 = +2....+7 . 10-3/K

III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Immersion probe untuk menentukan temperatur Tc 1 buah
Immersion thermostat TC 1 buah
Wadah untuk thermostat, Makrolon 1 buah
Satu set asesoris untuk TC 1 buah
Multimeter digital 1 buah
Power supply 0-12 V DC/6 V, 12 V AC 1 buah
Resistor carbon PEK 1 W 5% 4.7 kN 1 buah
Kotak penghubung 1 buah
Kabel penghubung, l = 500 mm, biru 1 buah
Kabel penghubung, l = 750 mm, merah 2 buah
Kabel penghubung, l = 750 mm, biru 2 buah

B. Langkah Percobaan
1. Rangkailah alat percobaan seperti pada Gambar 4.
2. Letakkan rangkaian immersion probe yang terbungkus oleh plastic kedap air ke dalam wadah air. Nilai resistansi dari PTC, NTC, lapisan tipis (film) logam dan resistor film karbon, dan juga resistor kabel Cu dan CuNi, dapat diukur secara langsung dengan multimeter digital (diagram rangkaian, Gambar 5). Untuk melakukan langkah ini, sambungkan multimeter ke colokan ground, yang mana telah tersambungkan ke semua komponen, dan colokan ditempatkan di bawah tanda yang sesui dengan komponen masing-masing. Catat nilai resistansi yang berbeda dan plot sebagai fungsi temperatur.
Gambar 5. Diagram rangkaian
3. Untuk mengukur tegangan dioda semikonduktor, hubungkan diode tersebut pada tegangan 10V. Hubungkan resistor 4.7 _ dengan komponen secara seri. Atur tegangan 10 V pada power supply universal, dan sesuaikan pembatas arus ke nilai maksimumnya. Ukur tegangan paralel untuk komponen. Catat tegangan konduksi sesuai dengan temperatur tegangan masing-masing.
4. Ukurlah juga tegangan blok pada efek Zener dan efek avalanche (longsoran) dengan susunan rangkaian seperti yang diilustrasikan pada Gambar 6.
        
Gambar 6. Diagram rangkaian untuk mengukur tegangan blok
pada efek Zener dan efek avalanche

0 komentar:

Posting Komentar